1 Selimut Saja Tidak Boleh, Apalagi ….

[Sabda Rasulullah, Muhammad saw seperti dituturkan Abu Said ra, “Seorang laki-laki tidak boleh melihat aurat sesama laki-laki. Begitu juga seorang perempuan tidak boleh melihat aurat sesama perempuan. Seorang laki-laki tidak boleh bersentuhan kulit dengan sesama laki-laki dalam 1 selimut. Begitu juga seorang perempuan tidak boleh bersentuhan kulit dengan sesama perempuan dalam 1 selimut.”[HR Muslim]]

Kutipan Kisah: Lelaki Muslim Gay

Sebuah catatan seorang gay muslim gelisah, sampai ke saya. Penulisnya menyatakan gay muslim taat, hingga saat ini masih menghayati ke-Islamannya.

”Saya seorang gay hingga saat ini menghayati keislaman. Dibesarkan di keluarga & masyarakat muslim Muhammadiyah. Saya meyakini ajaran Allah Swt & Rasul-Nya seperti sholat, puasa & juga berbuat baik pada orang lain. Tidak ada perbedaan ritual ibadah. Islam saya bukanlah seperti keyakinan “sesat” oleh ulama, seperti Ahmadiyah, Lia Eden, Syiah.”

”Kekeliruan umum dalam memahami homoseksualitas di Indonesia sangat kuat. Meskipun tuduhan bahwa homoseksualitas itu sama dengan “penyakit mental” “kelainan jiwa” & beberapa keliruan lainnya sebenarnya telah lama dianulir. Pada 1973 American Psychiatric Association (APA) menghapus homoseksual gangguan jiwa. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 17 Mei 1990 mengeluarkan homoseksual sebagai penyakit. Sehingga 17 Mei dijadikan peringatan International Day Against Homophobia (IDAHO), hari melawan kebencian terhadap homoseksual.” Lanjutkan membaca “1 Selimut Saja Tidak Boleh, Apalagi ….”

JUJUR, Bangkitkan Ketenangan!

KISAH: Tukang Becak, Bakso, & Kue

“Sekitar 3 tahun yang lalu, sekitar jam 07.00 WIB dompet saya jatuh di jalan. Di rumah, saya sadar dompet jatuh,” cerita Susilo.Susilo tak putus harapan. Bergegas, mencari. Menelusuri rute yang dilewati.

“Nihil, dompet berisi surat-surat penting & uang, tidak ketemu. Segera blokir ATM & kartu kredit pengamanan,”. Belum ke polisi. Berharap ada menemukan. Benar, sore SMS masuk, kabar dompetnya. “Penemu bersms, karena ada kartu nama. Pukul 16.30 sampai rumah Pak Didit. Rumahnya di selatan Pasar Niten Jl Bantul, Yogya. Saya seputar Alun-alun Kidul, Yogya. Setelah berkenalan, Pak Didit menyerahkan dompet. Lengkap. ” urai Susilo.

Tukang becak Didit itu beberapa kali menemukan dompet di jalan & berusaha mengembalikan. Pamit, memberikan uang dalam amplop. ” Pak Didit keras menolak. Menemukan & mengembalikan kewajiban. Tidak kurang akal, amplop saya serahkan ke anaknya yang 5 tahun. Uang untuk putranya, Pak Didit tidak berhak menolaknya,” jelas Susilo. Lanjutkan membaca “JUJUR, Bangkitkan Ketenangan!”